Halaman

    Social Items


Tak seperti biasanya, malam itu di sebuah rumah di desa pinggiran Kecamatan beberapa kepala terlihat sedang ngobrol dengan enaknya. satu-dua pasang sandal jepit terlihat berdampingan rapi di pelataran rumah. Orang-orang itu mengelilingi sebuah meja kecil dan diatasnya gorengan boled tertata rapi diatas piring lebar. Asap tipis terlihat membumbung dari gelas-gelas bening yang berisi air berwarna coklat.

Salah seorang tamu itu kemudian mengawali. Dengan raut muka yang putus asa, dia mulai mengeluarkan unek-uneknya tentang kondisi IPNU di desa yang dia pimpin.
"Gimana ya pak, susah ngomongnya", sementara itu tangannya mengerayangi boled yang ada didepannya.
"Ada apa??", tanya orang yang tadi diajak bicara.
"Jadi bingung pak, ipnu kan "ikatan pelajar", kadang-kadang anak-anak yang sudah gak sekolah pada gak mau ikut ngumpul lagi. Katanya sekarang kan sudah bukan Pelajar, malu kalau ikut-ikut ngumpul lagi, gimana coba pak, njenengan kan ketua PAC??".

"Pusing-pusing amat???, gyeh di rungokna : Sebelum berganti menjadi Pelajar pun, anak-anak NU juga tidak semuanya aktif di IPNU entah alasannya apa. Makanya gak usah bingung-bingung mikirin nama. Sekarang fokusnya bagaimana membuat kegiatan yang menarik minat anak-anak muda di desane sampeyan saja. Daripada bingung-bingung mikirin pergantian nama. Bikin saja kegiatan yang kreatif plus sesuai dengan kebutuhan mereka. Maka dengan otomatis IPNU menjadi organisasi yang dikerubutin anak-anak muda".

"Masalahnya bingung kegiatan yang menarik itu yang seperti apa ??? gitu lho.........."

"Makane jadi pengurus IPNU itu jangan elitis, jangan pilih-pilih pergaulan. Hanya karena sudah menjadi ketua IPNU, temen-temen yang hobinya nongkrong di prapatan tidak mau didekati. wah kalau begitu IPNU hanya milik kelompoke sampeyan saja, padahal mereka juga NU. dan kegiatan yang inovatif dan kreatif tidak akan lahir dari pengurus yang kerjanya hanya bersembunyi di dalam rumah."

"Hehehe..... takut dimarahin Ibu-ibu Muslimat pak"

"Ketua kok penakut, walaupun kita bagian dari NU tapi sebagai generasi muda kita harus kritis dan memiliki independensi, artinya tidak menjadi kaki tangan kekuasaan tertentu. apalagi sampai diperalat politik praktis. tetapi harus mengkritisi itu, walaupun nanti berhadapan dengan Pengurus NU, Muslimat atau siapapun"

"Pak, sebenere makna Pelajar itu apa sih??"

"menurut saya, pelajar adalah semangat belajar. jadi artinya bukan hanya orang yang bersekolah saja. tetapi lebih ke proses belajarnya. artinya anak muda yang tidak sekolah pun masih bisa ikut IPNU-IPPNU asal punya semangat belajar. dan ketika IPNU kembali menjadi organisasi Pelajar maka IPNU harus memiliki titik tekan pada aspek pencerdasan dan pemberdayaan, sehingga jumlah bukanlah satu-satunya hal yang harus dipentingkan. Tetapi berfokus pada penciptaan sumberdaya manusia yang berkualitas. tapi kondisinya sekarang tidak begitu"

"Kok bisa begitu pak??"

"Sudah menjadi hukum alam, dalam setiap era transisi pasti terdapat dua kecenderungan yang rawan. Bisa gagal atau bisa sukses. Supaya perubahan di IPNU bisa cenderung ke arah yang baik maka perlu dikawal dengan serius, perlu diadakan refleksi-refleksi yang mendalam dan dopokan-dopokan yang sistematis sehingga perubahan ini selalu bergeser ke arah yang baik. ibaratnya sekarang adalah sebuah masa Metamorfosa yang belum selesai. Jejak langkah telah ditapakkan ke bumi, maka tugas kita untuk melanjutkan langkah itu supaya tidak berakhir sia-sia. Dan sebuah goresan tinta telah disapukan ke atas kanvas, untuk bisa menjadi lukisan yang utuh diperlukan goresan-goresan yang lain. Nah apakah kepompong pengkaderan itu akan bisa berubah menjadi kupu-kupu yang indah, kita semua yang harus menjawabnya"

"ehhmmm.... yang harusnya kita lakukan sekarang kira-kira apa pak??"

"Gampang saja, sekarang kita semua harus mulai belajar lebih keras. supaya generasi muda NU bisa menjadi generasi yang Pintar. Supaya tidak selalu ketinggalan kereta globalisasi yang bergerak semakin cepat. Dan jangan lupa, selalu baca dan mengkaji kitab kuning, tahlilan, membaca albarjanji, dan ziarah kubur, karena itu merupakan kekayaan NU yang harus dilestarikan. jadikanlah tradisi sebagai pijakan untuk bergerak mensejahterakan umat.
untuk melaksanakan gagasan besar tersebut jelas banyak sekali permasalahan. Dan untuk mencari jawaban atas semua permasalahan itu, IPNU dapat dijadikan kendaraan ke sana. Jadikanlah IPNU sebagai sekolah kedua, sebagai laboratorium yang didalamnya segala objek penelitian dapat kita pelajari. Yang akhirnya generasi kita akan menjadi generasi yang cerdas"

Tak terasa, piring-piring diatas meja itu sudah kosong tanpa isi. Jarum pendek di jam dinding menunjukan pukul 12. Manusia-manusia itu pamit pulang. Walaupun sudah mendapatkan jawaban panjang lebar, terlihat sekali raut mukanya menyiratkan pertanyaan-pertanyaan baru yang masih beterbangan mencari tempat berpijak. mungkin suatu saat nanti pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab atau bahkan tidak pernah terjawab sama sekali. Tetapi kata seorang pembina IPNU Ajibarang yang juga seorang budayawan, "Mengikuti jejak IPNU adalah ibarat mengikuti plot Film klasik yang absurd, tak jelas, tetapi tetap menarik". Semenarik gerakan-gerakan anak-anak IPNU yang beragam, dan tidak ada tendensi untuk diseragamkan karena bagi mereka perbedaan adalah rahmat. dan gerakan kita adalah salah satu darinya.

********
Untuk teman-teman IPNU-IPPNU PAC Ajibarang 2005-2007, yang telah menemaniku berproses, yang bersedia untk menjadi teman diskusi, dopokan dan jublegan, yang terus mencari apa itu hidup-apa itu IPNU, sekali lagi terima kasih.

(Majalah BEDA Vol. II/Maret 2008)

Metamorfosa yang belum selesai