Halaman

    Social Items

hari yang melelahkan

BackDoorTiga belas hari terkapar di kasur kamar sangat membosankan. Pemandangan di jendela menjadi satu-satunya incaran mata, bak pemburu mencari mangsanya. Bulan ini sangat melelahkan. Banyak kejadian yang tidak masuk dalam jadwal tetapi nyelonong begitu saja, dianggapnya rumah sendiri mungkin. Dari penyakit campak yang menyerang sampai temen organisasi yang meninggal.

Tiga belas hari bukan waktu singkat. terlebih lagi dengan berbagai hal yang menunggu untuk diselesaikan. Tetapi realitas objektif berbicara lain. Tubuhku tidak kuat dengan kegiatan yang super banyak tetapi tidak diimbangi dengan olahraga dan makanan yang cukup, teratur, dan bergizi. Akhirnya aku dikalahkan oleh pemberontak sialan bernama campak.


Sebenarnya sudah chek ke dokter. Tapi setelah 3 hari minum obat dan agak mendingan, aku paksakan masuk kuliah. celakanya pas balik di terminal hujan mengguyur, basah semuanya. jadinya si campak malah semakin parah. Berinisiatif menyerang lambung, dan maagnya kumat atau apa lah, aku juga gak begitu paham. Yang jelas harus istirahat dan makan secara teratur.

Setelah agak mendingan, rutinitas mulai berjalan. Kebetulan kampus sedang Ujian Mid bersama. dari kampus belakang sampai depan, isu yang dibahas mesti tentang soal yang akan keluar, plus berburu fotokopian materi di kost-kostan anak-anak. Aku gak begitu tertarik. Bukan apa-apa, kemaren sudah ketinggalan 3 ujian soalnya, jadinya ga begitu berselera ujian. paling masuk kelas, terus ngarang jawaban, tulis dan keluar. Hanya itu....

Di rumah pun agak kacau. Distribusi buletin IPNU yang direncanakan bisa terjual semua untuk menutup utang. Ternyata gagal 70 persen. Anak-anak belum begitu menghargai hasil karya orang lain. Buletin yang dibuat dengan waktu dan kepala yang muter-muter, ternyata tidak dihargai sama sekali. penginnya gratisan, atau baca saja tapi ga mau beli. kacau bener....

Mungkin bulan ini memang tanda-tanda supaya aku bisa merenung. Merenungi perjalanan hidup sampai detik ini, dengan segala kekurangan, dengan segala hal yang merugikan orang lain. Atau dengan segala kemunafikan yang melekat di badan. Bukankah hidup adalah kumpulan kesalahan-kesalahan, dan merenungi hidup mungkin salah satu usaha menghindari kesalahan yang sama. walaupun jelas tidak semua, karena kebetulan kita pelupa. Lupa terhadap banyak hal, lupa terhadap orang lain, lupa terhadap kesalahan-kesalahan kita, atau yang lebih parah-lupa terhadap kemanusiaan kita.

Di pojok kamar, aku mengingat-ingat beberapa hal yang kukatakan kepada temen-temen ketika mereka meinta saranku. semua itu hanya omong kosong, topeng kemunafikan masih melekat erat di wajahku. semua itu mungkin harus direnungkan, harus direnungkan. Hanya saja kita kadang-kadang menunggu untuk diingatkan, bahkan kadang-kadang sampai semua cerita kehidupan berakhir. Kalau sudah begitu tidak ada lagi renungan, yang ada hanya isak tangis orang-orang.

No comments