Halaman

    Social Items

Ramadhan belum lagi usai. Tetapi ucapan selamat lebaran lewat sms sudah banyak yang masuk. Bermula dari tanggal 30 September jam 1 pagi, sampai saya menulis ini. Sms-sms itu belum juga berhenti.

Fenomena memberi ucapan lewat sms memang bukan fenomena yang baru. Sejak telepon selular menyerbu pelosok -pelosok kampung. Sms menjadi salah satu alternatif media untuk berkomunikasi. Termasuk silaturahmi di hari raya, entah itu lebaran atau natal, atau hari raya yang lain. Hanya saja lebaran kali ini, jumlah dan intensitas seseorang "bersilaturahmi" lewat sms, meningkat tajam. Paling tidak itu yang aku rasakan.

Aku sendiri mendapatkan tidak kurang 37 sms yang berisi ucapan selamat hari raya. Sangat jauh meningkat dibandingkan lebaran-lebaran sebelumnya, yang hanya berkisar dibawah 20 sms.

Penurunan tarif telepon sangat mungkin menjadi penarik yang sangat mujarab bagi masyarakat untuk ber-sms ria. Dengan tarif telepon dan harga Telepon selular yang semakin murah, pola komunikasi masyarakat berangsur-angsur mulai berubah. Dari pola komunikasi langsung yang biasanya harus bertatap muka, saat ini cukup bisa diwakili dengan telepon.

Perubahan pola komunikasi tersebut jelas mengubah banyak hal. Dari mulai maraknya trend maaf-maafan sebelum puasa, yang sebelumnya hanya waktu lebaran, sekarang sebelum puasa pun, orang-orang sudah mengirim sms permohonan maaf. Sampai silaturahmi yang dulu dimaknai secara langsung atau harus bertatap muka dan berjabat tangan, sekarang bisa diwakilkan dengan sms. Bahkan tetangga dekat-pun ikut-ikutan mengirimkan ucapan lewat sms. Padahal jaraknya hanya lima menit jalan kaki.

Walaupun begitu, ada hal menarik dari trend ber-sms itu. Menulis! Banyak kata-kata menarik yang masuk ke inbok saya, dan seringkali membuat saya berpikir. Bisa juga si ini nulis atau tulisannya si itu bagus juga, keren! Dan banyak lagi yang lain.

Salah satu yang paling unik adalah smsnya Mepi. Sangat unik karena sangat bercita rasa melayu. dengan model pantunnya, ucapannya sangat menarik. Tidak salah kalau saya memilihnya sebagai sms ter-unik. Kemudian ada juga yang aneh lagi, karena menggunakan bahasa jawa. Dari Akmari - anak paguyangan-, hanya saja logatnya wetan. Padahal logat Banyumas beda dengan logat wetan, tapi tetap menarik. Yang sangat saya hargai, sms dari Becca dan Vivit. Karena keduanya adalah teman saya yang non-muslim, tapi menunjukan toleransi yang tinggi. Dan tak ketinggalan sms paling singkat, Era dan Hufron menjadi pemenangnya. Dan yang lain, masih dengan bahasa telenovela yang mendayu-dayu. Tapi tidak masalah, yang penting kita tetap menulis, walaupun lewat sms, toh sama saja hanya medianya yang berbeda. Ayo sms, ayo menulis!!

Dokumentasi sms yang masuk ke inbok saya, saya urutkan sesuai waktu pengiriman:

Bambang, 30-09 / 01.54
Smua yang tulus terungkap dari kehampaan, berpaling dalam sebuah keagungan menatap di surga kehidupan. membawa semerbak harum kesucian dan kembali kepada kehidupan yang fitri. Selamat lebaran 1429 H. Mohon maaf

loe-loe, 30-9 / 04.04
"Ulurkan tangan sambut kebahagiaan, untaian kata ikatkan persaudaraan dan jalin kebersamaan dengan setulus hati". Selamat hari raya Idul Fitri 1429 H. Mohon maaf lahir batin. Lulu F. Hd

Dian Zarkasih, 30-9 / 04.07
Smua yang tulus terungkap dari kehampaan, berpaling dalam sebuah keagungan menatap di surga kehidupan. membawa semerbak harum kesucian dan kembali kepada kehidupan yang fitri. Selamat lebaran 1429 H. Mohon maaf lahir dan batin

Mietha, 30-9 / 05.19
Sepercik air, penghapus dosa. Seberkas cahaya, menerangi kegelapan.Sebait kata, penyambung makna. Seuntai maaf penghapus dosa. Minal aidzin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan bathin..

Bitha, 30-9 / 06.56
Tak ada kejahatan abadi dalam sifat manusia.tak ada yang tak dapat diubah dengan kesadaran, niat baik, serta tindakan.Selamat hari raya Idul Fitri 1429 H. Mohon maaf lahir batin. Bitha..

Fee 3, 30-9 / 13.04
Selamat hari raya Idul Fitri 1429 H. Taqobalallohu mina waminkum.. Maaf atas segala salah dan khilaf, baik sengaja maupun tidak disengaja... Semoga kita semua diampuni serta senantiasa dijauhkan dari segala dosa dan kita bisa selalu menjaga tali silaturahmi... Amin ya robbal'alamien...^_^ [Fitri dan Keluarga]

Toif, 30-9 / 18.26
Setelah sebulan foreplay dengan puasa, kita kembali pada fitrahNya,, tiada sempurna ejakulasi hujrahku, tanpa oralmaaf dirimu, saudaraqu. Met lebaran ya, maaf Lahir batin..

Lilis jingkang, 30-9 / 18.36
Sejak terdengarnya takbir di malam lebaran ne, Semua kesalahan dan dosa-dosa dirimu dah lilis maafin, begitu juga lilis minta agar kesalahan dan dosa-dosa lilis kalian maapin. Minal Aidzin walfaidzin. 9bu

Ilaper nih, 30-9 / 19.03
Ila dan keluarga mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Ila Navilah
*_*

Andy sos, 30-9 / 20.13
Taqobalallohu mina waminkum minal Aidin wal faidzin. Met Idul V3, M@@f Lahir dan B@thin.

Meifita, 30-9 / 21.26
Berharap padi dalam lesung, yang ada hanya rumpun jerami. Harapan hati bertatap langsung, cuma terlayang sms ini.
Selamat Idul Fitri 1429 H. Mohon maaf lahir dan batin juga ya? meifita

Hufron, 30-9 / 21.46
Minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir batin

+6281229955xx, 30-9 / 23.50
Badha maning, njaluk ngapura maning, kabeh uprus sing nglarani, kabeh gemagus sing tek lakoni. Lahir dan batin njaluk ngapurane. Ahfas, bojo karo anak loro

Becca, 01.10 / 01.39
Hai pren. Met Lebaran...! Maap Lahir Batin yaw..

Vivit, 01.10 / 03.07
Hidup itu cuma bentar...
Bentar happy,
Bentar sedih,
Bentar marah,
Bentar berantem,
Bentar b kan,
Eits... bentar lagi Lebaran. Mohon maaf lahir dan batin yaa...

Akmari pgygn, 01.10 / 03.51
..Juminten nggelar kloso, dodol kupat ngarepe gapuro.. meniko dinten sampun rampung puoso, menawi lepat kulo nyuwun ngapuro.. sugeng riyadi 1 Syawal 14239 H

Arienz , 01.10 / 05.47
Happy ied Fitr. May Alloh make us belong to those who are happy n win. Taqobalallohu minna waminkum, kullu amin wa antum bi khair. Maaf lahir+batin ya [d'zahra n fam]

Kesti , 01.10 / 07.04
Keletihan hati dan kekaburan hidup, membekukan kita pada ketidaktahuan. membawa kita pada ucap dan sikap yang salah. Minal aidzin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat hari Raya Idul Fitri 1429 H.

Lik rokhati, 01.10 / 08.00
SELAMAT HARI RAYA AIDIL FITRI, MOHON MAAF LAHIR & BATIN. Utk keluargaku yang dirumah, aku minta maaf atas segala kesalahanku yang disengaja maupun tidak disengaja, moga salahku dingampura ya?

Ro-fiktif , 01.10 / 08.10
Atas nama pribadi dan organisasi, mengucapkan selamat Idul Fitri 1429 H. Taqobalallohu minna waminkum, minal 'aidin wal faidzin. Mohon maaf atas segala khilaf dan salah [Rofik-PC IPNU Bms]

Toin , 01.10 / 09.33
Meski tangan tak bisa saling berjabatan, muka tak saling bertatapan, semoga kata maaf masih bisa terucap. Met Idul Fitri 1429 H. Minal Aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin

ipul pmii, 01.10 / 09.46
Aku minta maaf atas segala keimutan, kejailan, dan keluguanku ya. Banyak kata, banyak bicara, tentunya banyak dosa juga. Met lebaran...

iiem , 01.10 / 09.50
Kata maap ga harus dengan kata-kata puitis..

Allohumma solli 'ala sayyidina muhammad

Kang ngaturaken sugeng riyadi, sedaya lepat iim, iim nyuwun pangapunten.. dingampura??

Ana kholifah, 01.10 / 12.43
Jika hati sebening kaca, hiasi dengan iman dan takwa. jika ada kebencian di hati, hapus dengan senyuman. Jika ada kesalahan dalam diri ni, mohon dimaafkan Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir batin y..

husnie , 01.10 / 16.30
Assalamkm. Kang dony, husni ngaturaken sugeng riyadi sedoyo lepat nyuwun agunging pangksm.

Arifin, 01.10 / 17.42
Luna maya, pasha ungu, Ariel peter pan, BCL, Mulan jamilah, ridlo Slank, nirina zubir dan saya sendiri beserta segenap artis lainnya mengucapkan. Selamat hari raya Idul Fitri

Mei Fitriani, 01.10 / 18.24
Sebelum terlambat lidah berucap, sebelum jantung berhenti berdetak. Selama ada kesempatan tuk bertobat. Ku lantunkan maaf dengan ikhlas. Minal aidin wal faidzin . Mohon maaf lahir batin. F3 dan keluarga

Kang tarno , 01.10 / 23.12
Alloh hadirkan benci agar kita tahu arti cinta, Alloh hadirkan salah dan khilaf agar kita tahu arti maaf, maafin segala kesalahan dan kekhilafanku. Met hari raya Idul Fitri 1429 H.

Misbach , 02.10 / 13.42
Meminta maaf tidak menjadikan kita hina. Memberi maaf jangan membuat kita bangga. Saling memaafkan yang membuat kita mulia. Semoga jejak Ramadhan kita adalah takwa, Maaf lahir batin. Taqobalallohu minna wamingkum kullu wa antum bikhair. S'LAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H. Misbah dan keluarga

Deya , 02.10 / 14.57
Gema takbir berkumandang menyeruakan panggilan-panggilan kemenangan. Diri ini ini tak pernah luput dari salah dan dosa, untuk itu setulus hati ku mengucapkan Minal Aidin wal Faidzin, Mohon maaf lahir batin

Tati, 02.10 / 19.41
Selamat Hari raya Idul Fitri 1429 H. Mohon Maaf lahir dan batin. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Alloh SWT. Amien.
Dimulai dari 0 yach...-p

Eragon , 04.10 / 16.19
Met bada.. Ngampurane lair batin.. Era

Kang soleh , 04.10 / 21.51
Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi, dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa, dalam lautan khilaf ada samudra maaf. Selamat hari raya Idul Fitri mohon maaf lahir batin

Satu detik menjelang hari H

Ketika Bung Karno sering lawatan ke luar kota, untuk menyambutnya banyak anak kecil yang berbaris ditepi jalan sambil membawa bendera merah putih kecil yang dilambai-lambaikan. Tiba-tiba ada nenek tua di pinggir jalan terlihat sedang ngomong dengan seorang anak. "Nak, itu merdekanya jatuh". (Gus Dur)

Bulan Agustus sebentar lagi selesai. Tetapi kemeriahannya masih terasa di pojok-pojok kampung, perlombaan di perempatan juga belum menentukan juaranya. Puncak peringatan malam hari masih sering terdengar. Seluruh masyarakat tergerak dalam semangat yang sama. Kemerdekaan!

Dalam rangka memperingati kemerdekaan, seluruh elemen masyarakat bergerak. Bermacam acara diadakan. Dari mengecat tiang bendera yang sudah lumutan, Kerja bakti membersihkan jalan, sampai menjadi event organizer dadakan. Pesertanya dari anak-anak sampai bapak-bapak, dari remaja putri sampe mak-nya si putri. Semua bergerak.

Tapi bukan agustusan kalau tidak ada lomba-lomba. Setiap kampung punya jadwal tersendiri. Didalam satu desa, bisa terdapat beberapa titik lomba dengan bermacam menu lomba yang siap disajikan. Pentung air bisa menjadi primadona di satu dusun, tapi bisa juga tidak ada di dusun lain. Tidak ada kesepakatan pasti tentang waktu dan jenis lomba. Walaupun begitu, biasanya lomba-lombanya juga tidak terlalu beda. Masih disekitar balap karung, pentung air, makan kerupuk, dan panjat pinang. Meskipun yang terakhir sudah mulai jarang. Ada filosofi jelek yang terkandung didalamnya. Untuk mendapatkan hadiah, maka temen-temen lain diinjak-injak. Filosofi kapitalisme yang licik. Tapi ada satu yang sama di semua ritual itu. Yaitu tertawa...

Ya, tertawa. Bagi orang-orang kampung, merdeka adalah tertawa. Merdeka adalah saat dimana orang-orang itu dapat melepaskan rutinitas mereka. Dapat sedikit berhenti memikirkan kerja yang semakin berat. Dapat lepas dari tanggung jawab keluarga, walaupun sebentar. Atau dapat melepaskan kesusahan hidup, yang sehari-hari menjerat. Bahkan merdeka adalah menertawakan kenyataan yang lebih banyak tidak sesuai dengan yang diharapakan. Merdeka adalah tertawa, adalah menertawakan segala seuatu, termasuk diri sendiri.

Orang-orang kampung tidak begitu peduli dengan arti kata merdeka. Bagi mereka sama saja. Sejak Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, toh hidup masih sama saja. Merdeka tidak membuat pengangguran berkurang jumlahnya. Merdeka tidak membuat harga bahan-bahan pokok murah. Dan merdeka tidak membuat karyawan yang di PHK kembali bekerja. Atau tidak membuat harga BBM berhenti naik. Merdeka toh masih sama saja. Ketika merdeka sudah tidak punya arti, atau melenceng dari yang diharapkan maka yang dapat dilakukan hanyalah tertawa.

Dengan tertawa maka kita dapat menyelami misteri hidup. Demikian kata Romo Sindhu dalam tulisannya. Tapi tertawa bagi orang-orang kampung juga tidak dimaknai begitu berat. Tertawa adalah penghiburan. Tidak saja bagi orang lain, tapi bagi diri sendiri. Ketika kenyataan mengkhianati harapan manusia. Saat segala sesuatu ternyata berbeda dengan yang dicita-citakan. Maka tertawa menjadi obatnya. Tertawa membuat orang-orang berpikir bahwa hidup ternyata sama saja. Didalam kesusahan pun ternyata kita masih bisa tertawa. Didalam keseriusan pun ternyata terselip kelucuan. Pembatasan-pembatasan tersebut akhirnya luntur, hanya menjadi tertawaan orang-orang kampung.

Menertawakan kemerdekaan berarti juga menertawakan diri sendiri. Seperti masyarakat di Pandansari sebuah desa di bagian barat Banyumas. Kesusahan justru menjadi bahan tertawaan. Karena dekatnya dengan kesusahan, maka mereka justru dapat menertawakannya. Dalam Lomba Ngresulah atau lomba ngedumel (meratapi kesusahan), setiap peserta yang tampil dengan segala permasalahan hidupnya justru malah ditertawakan. Seperti ratapan Bawal, anak muda pengangguran yang ingin kawin tapi tidak punya pacar karena tidak punya pekerjaan. Bukannya penonton sedih, tapi malah tertawa keras-keras. Masyarakat seolah terbiasa dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan. Merdeka adalah kenyataan menerima kesusahan. Kesususahan diri mereka sendiri.

Karena itulah bulan Agustus dimaknai begitu berarti. Bulan Agustus adalah bulan dimana kita dapat menertawakan hidup, dapat menertawakan kemerdekaan, dapat menertawakan diri sendiri. Mungkin dengan tertawa maka pemahaman kita akan menjadi bertambah. Bertambah kaya, bertambah bijaksana, dan yang pasti bertambah semangat. Karena semua adalah tertawaan, hingga kita dapat mencapai puncaknya. Menertawakan tertawa. Sehingga didalam kesusahan pun tersimpan tertawaan. Dan ternyata kesusahan atau kesenangan adalah sama saja. Hidup tertawa.. hahaha......

Menertawakan Kemerdekaan

Dibawah pohon duku kembar bocah itu lahir. Membawa nasibnya sendiri, mencoba menyapu dunia. Dikelilingi duku kembar yang entah kapan jumeneng dalam kehidupan.

Dalam kesederhanaan, bocah itu bermain dibawah duku kembar. Melingkar-lingkarkan tangannya memeluk batang duku kembar, tapi tidak pernah sampai. Duku kembar itu ibarat ibunya yang selalu memeluk dengan hangat setiap pagi.

Tanah dibawah duku kembar sangat halus, lebih halus dari keramik dasar lautan. Daun-daun duku kembar berhamburan menutupi lantai tanah, tempat bocah dengan sapu ditangan bermain. Bocah itu membawa sapu hendak meratakan tanah dibawah duku kembar. Gemuruh semangat menerbangkan daun-daun duku kembar.

Dibawah duku kembar suasana sangat teduh. Kadang-kadang terdengar tawa, kadang terdengar tangis. Bocah-bocah terlihat berlari-larian. Banyak sekali permainan dibawah duku kembar. Bocah itu membuat kotak persegi berurutan. lalu mencari potongan genteng untuk gaco. Dilemparkannya gaco itu ke tengah kotak persegi. Bergantian, lama sekali.

Sementara itu di pedangan, ibu bocah itu memanak nasi dengan ketela. Setelah lelah bermain bocah itu makan dengan lahapnya. Tidak ada lauk, yang ada hanya bakaran terasi dan garam yang ditaburkan ke atas nasi.

Habis duhur, bala bocah itu sudah menanti. Sambil membawa kayu panjang, bocah itu berlarian ke tengah alas. Matanya awas mengamati ketinggian. Mencari nining-nining gendong terbang. kuning, merah, hijau, satu persatu dikumpulkannya nining-nining itu. Mukanya penuh dengan ramat binatang itu. Tertawa-tawa sambil berlari pulang.

Sambil melepas letih, bocah itu duduk di bawah duku kembar. Akar duku kembar yang menjulur tak beraturan memijit tubuhnya, menghilangkan penat setelah bermain. Kemudian mereka akan nyamplongi duku kembar itu. Bagaikan mengerti keinginan anaknya, duku kembar itu akan merontokkan buahnya. Hujan duku berjatuhan semarak menghujani bocah itu. Rebutan seru terjadi, jumpalitan saling tindih. Lalu dimakannya duku itu tanpa sisa, semua tertawa.

Cakrawala disebelah barat sana semakin berwarna merah. Matahari sudah ngumpet di balik bukit Semedo. Di rumah depan mushola itu sang bocah duduk ditemani lampu senthir kakeknya. Mendengarkan kakeknya bercerita, tentang jaman perang, tentang hidup. Biasanya bocah itu mendengarkan sambil sesekali menyela, bertanya. Di rumah itu hanya ada bangku panjang dan meja panjang.

Setelah malam larut, minyak di senthir itu mulai habis. Biasanya bocah itu digendong bapaknya ke gubuk kecilnya di bawah duku kembar. Ditidurkannya di amben oleh bapaknya. Setelah itu bapaknya akan pergi ke kali, nawu air kali mencari lele. Akan dijual buat makan anak-anaknya besok hari. Sebelum subuh bapaknya sudah kembali. Ember yang dibawanya berisi banyak lele.

Malam semakin hening, burung-burung malam bersuara parau. Kelelawar sudah kenyang menikmati makannya malam ini. Hidup masih harus berjalan bagi bocah itu. bocah dengan sapu ditangan, entah sampai kapan menyapu dan akan tersapu oleh kehidupan. Dibawah pohon itu, pohon duku kembar. Lambang kerasnya kehidupan, tetapi memberi kehangatan bagi mahluk di bawahnya.


Bocah dengan sapu ditangan.

bocah dengan sapu ditangan

Kerumunan orang itu masih berdiri didepan sebuah sekolah terkenal. Beberapa ada yang duduk, beberapa ada yang bolak-balik melihat papan pengumuman sambil gelisah. Sementara itu matahari semakin tinggi, udara mulai menghangat. Lalu lintas di depan sekolah itu juga mulai ramai.

Jumat, jam 10 kurang beberapa menit. Bocah bercelana panjang hitam berjaket warna biru itu menerobos kerumunan, langsung masuk ke sebuah lorong yang tidak terlalu lebar. Raut mukanya tidak menunjukkan ketegangan, apalagi kekahawatiran. Entah dia tahu atau tidak apa yang ditujunya.


"Dari dalam kota atau luar kota dek??".
"Dalam kota bu".

Beberapa lembar kertas disodorkan, disuruh diisi. Setelah rampung menulis, bocah itu ngeloyor pergi, ringan, tanpa kekhawatiran. Sementara itu, kerumunan didepan sekolah mulai mencair, beberapa ada yang pulang. Sambil keluar, dia melongok papan pengumuman yang dari tadi menjadi sasaran puluhan mata kerumunan itu. 42,15 belum berubah.

Sambil berjalan pulang bocah itu berpikir keras. Hatinya gelisah melihat kerumunan orang itu. Apalagi melihat angka yang tertera di papan pengumuman. 42,15 belum berubah. Dalam benaknya berputar sebuah pertanyaan sederhana, pantas saja disebut sekolahan favorit, wong mau masuk saja angkanya harus bagus. Jelas gak semua orang punya akses, lagi-lagi harus yang bermodal?

Hari itu puluhan orang menggantungkan hidup anaknya di papan pengumuman itu. Diterima didalamnya adalah sebuah kebanggan sekaligus sebuah jaminan masa depan. Maka kebiasaan berkerumun di depan sekolah itu adalah tradisi panjang. Dimana nasib anaknya tiga tahun kedepan ditentukan lewat angka kecil yang ditempel di papan itu.

Tapi tidak bagi bocah itu. Pikirannya sangat sederhana, dia hanya ingin belajar, menambah ilmu pengetahuan. Baginya belajar dimana saja adalah sama. Yang penting bisa belajar, belajar untuk berilmu, belajar untuk menjadi manusia. Maka pilihan ke sekolah itu menjadi hal yang biasa, malah sangat biasa. Pun jika tidak diterima, tidaklah menjadi masalah tersendiri. Paling banter bocah itu akan ngomong, "kalau gak diterima disitu ya masuk aja ke sekolah lain, kan masih banyak".

Setelah matahari hampir tegak, kerumunan didepan sekolah terkenal itu mulai bubar. Sambil keluar membawa map yang masih baru, lontaran-lontaran kekecewaan mengalir deras. Seorang bapak terlihat berjalan sambil terdiam, mungkin memikirkan kegagalan cita-citanya menyekolahkan anaknya disitu. Sambil berjalan, bapak itu teringat puluhan tahun yang lalu. Saat dia harus pulang dengan map ditangan, karena tidak diterima di sekolah itu. Dulu, sekolahan terkenal itu tidak disitu.

42,15 belum berubah.

suatu pagi di depan sekolah

untuk yang kalah dan dikalahkan
untuk seorang pengecut, yang selalu lari dari masalah
yang akhirnya terpojok, dipojokkan
untuk aku
untuk sebuah kejujuran yang seringkali tersembunyi, disembunyikan

Benarkah kita manusia?

saat wajah-wajah hilang entah dimana
dan segala rupa perhiasan dilekatkan, wajah ku - wajah kita belum juga ketemu
lalu apa manusia yang tanpa wajah?

atau kita hanya burung-burung manyar
yang tak pernah lelah membangun sarangnya untuk memikat betinanya
berkali-kali, sama

untuk yang penakut
yang selalu sembunyi dalam topeng-topeng kemunafikan
untuk aku
untuk menjadi manusia

karena aku bukan burung burung manyar

Burung Burung Manyar

Entah kapan terakhir kali aku melihat pelangi. Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang lalu mungkin. 

Pelangi ibarat kenangan masa kecil yang indah. Bercelana pendek, kaos oblong dilepas, dan sandal jepit dipegang di kedua tangan. kami berlarian disepanjang pematang sawah sambil berteriak-teriak ada bidadari sedang mandi. Angan-angan kami waktu itu ingin melihat bidadari mandi. Kaya apa sih bidadari kalo sedang mandi?? atau mungkin pertanyaan pokoknya, sebenarnya seperti apa sih Bidadari itu? apakah sama dengan ibu saya yang biasa-biasa saja, ataukah seperti bintang sinetron yang putih, cantik, dan berambut panjang hitam arang?.


Entahlah, sampai sekarang pun aku tidak menemukan jawaban itu. Mungkin memang lebih baik seperti itu, supaya imajinasiku terhadap bidadari dan pelangi akan selalu indah. Daripada memperoleh jawaban yang tidak sesuai dengan harapan. dan membuyarkan bayangan indah tentang bidadari. Tapi untunglah ingatanku atau mungkin imajinasiku tentang pelangi dan bidadarinya masih tetap seperti dulu.

Sampai hari ini, tepatnya sore ini. Aku dengan delapan orang temanku kembali merasakan kesenangan masa kecil kami. Dengan ditemani rintik-rintik gerimis sore hari, kami kembali melihat pelangi di atas langit timur, dari puncak gunung putri. Tetap sama dengan pelangi yang dulu, tetap seindah pelangi yang dulu. hanya saja pandangan kami sedikit berubah. pemahaman kami tidak seimajinatif dulu, tidak sekagum saat melihat pelangi untuk yang pertama kali. Rezim kedewasaan memang seringkali merenggut hal-hal yang paling menyenangkan. entah aku harus senang atau tidak saat menjadi dewasa. Apakah benar kedewasaan memang pilihan seperti yang dikatakan temanku???..

Sembilan orang itu berdiri di puncak gunung putri dengan pikiran masing-masing. Yang terlihat hanya senyum yang mengembang menghiasi wajahnya. Senyum tulus seorang anak kecil yang telah lama kehilangan benda yang paling berharga, dan sekarang kembali menemukannya. Sebuah keheningan yang aneh. Karena bukan benar-benar keheningan. masing-masing berkomentar, masing-masing tertawa, hanya saja seolah-olah ekspresi jiwa mereka hanya untuk dirinya. Sebuah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.

Dalam situasi terbius kekaguman, hal-hal rasional memang seringkali berputar 180 derajat. yang terlontar hanya pujian kepada Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan mahluk sedemikian indah. seperti sore ini sebentuk Pelangi di atas gunung putri.

Segala sesuatu dialam ciptaan ini tidak ada yang abadi. segalanya beriringan saling menggantikan. kekaguman dan tawa sembilan orang itu sebentar lagi akan segera hilang. Hari itu merupakan hari keempat Ekspedisi Jelajah Ranting IPNU Ajibarang, yang bercita-cita mengelilingi Ajibarang dengan berjalan kaki. Sebuah ide gila sebenarnya, terutama karena konsepnya adalah "mengalir saja". tidak usahlah bikin persiapan tetek-bengek yang ribet. jadi gak asyik katanya.

Sore itu setelah menikmati sajian alam yang mengagumkan, sembilan orang itu kembali meneruskan perjalanan. Kali ini adalah perjalanan pulang. Hanya saja rutenya tidak biasa, bukan rute yang biasa dipakai orang. Ilalang tinggi menjadi simbol halangan yang harus kita enyahkan. Setelah beberapa lama, jalan turun belum nampak juga. Sementara temen-temen mulai kelelahan. 

Dengan tubuh yang mulai turun staminanya, segala sesuatu menjadi sangat sensitif. Insting dasariah watak manusia mulai nampak pada pribadi masing-masing, sebuah sajian yang menarik bagi penggemar psikologi. Tetapi tidak ada waktu untuk memikirkan itu, semua orang berfokus pada jalan turun.

Kenapa kesusahan harus selalu berdampingan dengan kebahagiaan? dan kadang bahkan berselingkuh dengannya. ataukah dengan kesusahan kebahagiaan menemukan arti terdalamnya?? bagaimana kita bahagia kalau kita tidak pernah susah??? Tetapi tetap saja sangat berat menghadapi kesusahan. Hari ini membuktikan, sebentar bersuka ria sebentar kemudian bersusah-susah dan ternyata sangat tidak enak. Mungkin salah satu yang harus kita resapi adalah bahwa kesusahan adalah fitrah manusia. Bukankah kebahagiaan surga hanyalah cita-cita yang belum terwujud?? sementara kesusahan, penderitaan adalah sesuatu yang nyata. Berarti didalam penderitaanlah kebahagiaan sejati bersemayam. Kalau kita bisa melakoni penderitaan dengan ikhlas, maka kebahagiaan terbesar akan muncul.

Seperti sembilan orang itu yang selepas maghrib baru sampai ke desa di bawah gunung putri. dan kemudian memandang ke puncak sambil berkata dalam hati, "Maha besar Alloh yang telah memberi kita hidup".

Untuk sembilan crew Ekspedisi Jelajah Ranting 2006
Eron, kharis, sobirun, Soderi, Be-ank, Ikhda, trio, toin, dan aku.

Pelangi di Puncak Gunung Putri